Salah satu sikap dan kebiasaan orang tua yang dapat merusak kepribadian anak adalah suka mengutuk. Orang tua perlu berhati-hati dengan ucapan, karena ucapan itu bisa menjadi doa. Kadang-kadang, karena kesal atau marah, kita melontarkan kata-kata yang justru menjadi doa buruk bagi anak kita sendiri—doa yang mungkin akan kita sesali di kemudian hari. Kita mungkin akan berkata, “Seandainya aku tidak mengucapkannya.”
Namun, jika perkataan sudah keluar dari lisan, maka akan tercatat, karena Allah memerintahkan malaikat hafadhah untuk mencatatnya:
وَمَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf [50]: 18).
Oleh karena itu, orang tua harus berhati-hati dalam melontarkan komentar, ucapan, atau perkataan terhadap anaknya sendiri. Jangan sampai ucapan itu menjadi doa keburukan bagi anak. Kutukan adalah doa buruk yang kita lontarkan kepada seseorang, atau dalam bahasa Al-Qur’an disebut laknat. Laknat itu adalah kutukan, dan kutukan-kutukan seperti ini sebenarnya tidak menyelesaikan masalah si anak, tetapi justru membuat masalah semakin rumit. Masalah yang lama belum selesai, malah muncul masalah baru akibat ucapan yang buruk.
Ucapan buruk juga bisa membuat hubungan antara orang tua dan anak menjadi renggang, sehingga penyelesaian masalah semakin jauh. Mengutuk remaja dan melabelinya dengan sifat-sifat yang negatif, tanpa disadari, justru akan menanamkan sifat-sifat tersebut. Secara psikologis, manusia cenderung mengingat apa yang didengarnya dan tersugesti untuk melakukannya. Misalnya, ketika seseorang berkata “jangan lihat, jangan lihat, jangan lihat,” sugesti yang muncul dalam diri kita justru adalah untuk melihat.
Demikian pula, jika seseorang terus-menerus mengatakan “kamu buruk, kamu buruk, kamu buruk,” maka sugesti dalam hatinya akan menjadi “memang saya buruk.” Sugesti ini memberikan pengaruh yang kuat terhadap orang yang dituju oleh kalimat tersebut, sehingga sifat-sifat buruk yang sebenarnya ingin dihindari malah tertanam pada dirinya. Kita sering mengatakan bahwa anak kita nakal, dan akhirnya dia benar-benar menjadi anak yang nakal—bukan sebaliknya. Padahal, maksud orang tua adalah agar anak tidak nakal. Namun, melabeli anak dengan julukan-julukan negatif justru dapat memperkuat sifat-sifat tersebut.
Sumber : https://www.radiorodja.com/54381-suka-mengutuk-akan-merusak-kepribadian-anak/
Tags : kajian islam,islam,bingung dalam islam,rasa malu dalam islam,bahaya lidah dalam islam,bahaya lidah menurut islam,mencela orang menurut islam,ceramah islam terbaru,pencapaian dalam pekerjaan,dakwah islam,jumlah nabi islam,shalat dalam perpektif sosial,nabi islam,shalat dalam perspektif psikologi,haruskah istri pergi kalau punya suami pemarah?,pikiran tenang hati damai,istri pergi kalau punya suami pemarah,tasawuf adalah,adalah,yalan